OTAK dan AI, Profesor Stella Christi membahas isu penting seputar kecerdasan buatan (AI). Dia menjelaskan dampaknya pada kemampuan manusia, pendidikan, serta dunia kerja. Profesor Stella menyoroti bahwa meskipun AI unggul dalam keterampilan tertentu, seperti memori dan pengolahan data, manusia harus memandangnya sebagai alat pemberdayaan. AI tidak seharusnya dianggap sebagai ancaman.
Teknologi dan Tantangan Pendidikan
Profesor Stella menggarisbawahi bahaya ketergantungan pada teknologi, terutama dalam pendidikan. Ia menyebutkan bahwa teknologi, termasuk AI, berisiko melemahkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif, terutama pada anak-anak. Ketergantungan berlebihan pada alat seperti ChatGPT dapat menurunkan keterampilan pemecahan masalah. Meskipun teknologi dapat membantu proses belajar, interaksi interpersonal tetap menjadi elemen penting dalam perkembangan kognitif.
Pentingnya Pembelajaran Aktif
Profesor Stella juga mengkritik metode pembelajaran pasif menggunakan teknologi. Anak-anak yang terlalu sering terpapar gadget dapat menyerap informasi, tetapi sulit mengaplikasikannya dalam konteks nyata. Data dari tes PISA OECD menunjukkan bahwa siswa Indonesia masih tertinggal dalam kemampuan penerapan pengetahuan, khususnya dalam matematika dan literasi. Stella menekankan pentingnya metode pembelajaran aktif yang memprioritaskan komunikasi dan penerapan ilmu.
Risiko Bias dalam AI
AI sering dipandang canggih, tetapi memiliki kelemahan, termasuk risiko bias dan penyebaran informasi keliru. Profesor Stella menyoroti penelitian Stanford yang menunjukkan bias dalam respons AI, termasuk dalam konteks perbedaan ras. Penggunaan AI dalam keputusan besar, seperti hukum, dapat menimbulkan konsekuensi serius. Oleh karena itu, penting untuk memahami batasan teknologi ini dan mengedukasi masyarakat tentang cara penggunaannya secara bijak.
Pendidikan dan Pertumbuhan Potensi Anak
Menurut Profesor Stella, pandangan bahwa kecerdasan bersifat tetap adalah keliru. Ia menegaskan bahwa kecerdasan dapat berkembang melalui eksplorasi dan pembelajaran. Sebaliknya, fokus berlebihan pada nilai IQ justru memperkuat pola pikir tetap, yang menghambat perkembangan. Dengan pendekatan yang mendorong rasa ingin tahu anak-anak, mereka dapat memaksimalkan potensi intelektualnya.
Peran Bermain dan Keseimbangan Pendidikan
Profesor Stella juga menekankan pentingnya bermain dalam mendukung perkembangan kognitif dan sosial anak. Bermain membantu anak mengembangkan kemampuan adaptasi, kerja sama, dan pemecahan masalah. Orang tua didorong untuk mendukung eksplorasi anak melalui permainan terarah, seperti teka-teki dan diskusi. Hal ini memperkuat keterampilan dasar yang diperlukan di era teknologi dan AI.
Membangun Ekosistem Penelitian dan Kebijakan Pendidikan
Profesor Stella mengungkapkan perlunya ekosistem riset yang mendukung di Indonesia. Penelitian berbasis universitas dapat memajukan inovasi teknologi, seperti pengolahan rumput laut untuk meningkatkan nilai tambah ekonomi. Ia juga membandingkan sistem pendidikan Indonesia dengan negara-negara lain, seperti Vietnam, yang berhasil meningkatkan kualitas guru untuk memperbaiki hasil belajar. Menurutnya, pengakuan dan dukungan terhadap guru harus menjadi prioritas utama dalam reformasi pendidikan.
Kolaborasi untuk Pendidikan Berkualitas
Di akhir pembahasan, Profesor Stella menyoroti kolaborasi dengan berbagai pihak untuk meningkatkan akses pendidikan di Indonesia. Bersama perusahaan Palmco, ia memberikan beasiswa kepada siswa berprestasi dari daerah terpencil. Kolaborasi semacam ini membantu mengatasi kesenjangan pendidikan dan memberikan kesempatan yang setara bagi semua anak.
Dengan pendekatan holistik, pendidikan Indonesia dapat mengatasi tantangan zaman dan memanfaatkan peluang AI untuk kemajuan bersama.