Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) : Definisi, Konsep, dan Tujuan

KAJIAN PUSTAKA
Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) Definisi, Konsep, dan Tujuan

Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) merupakan pendekatan yang berpusat pada terapi perilaku-kognitif. Rational Emotive Behavior Therapy di kembangkan pertama kali oleh seorang psikolog bernama Albert Ellis. Menurut Froggatt (2005) REBT didasarkan pada konsep bahwa emosi dan perilaku merupakan hasil proses kognitif.

Konsep Dasar Rational Emotive Behavior Therapy

Reeder (Arief dan Krisnana, 2014) menjelaskan terapi rational-emotive behaviour merupakan aliran yang berlandaskan asumsi bahwa manusia di lahirkan dengan potensi berpikir rasional dan jujur maupun berpikir irasional. Sebagian besar reaksi emosional seseorang di sebabkan oleh evaluasi dan interpretasi yang di sadari maupun tidak di sadari oleh individu. Hambatan emosional adalah akibat dari cara berpikir yang tidak lagi logis dan penuh prasangka. Hal demikian sejalan dengan Corey (2013) bahwa REBT adalah terapi yang berorientasi pada pikiran, tingkah laku dan tindakan dalam arti bahwa menitiberatkan pada proses berpikir, menilai, memutuskan, menganalisis, dan bertindak. Terapi ini sangat didaktik dan sangat direktif serta lebih banyak berurusan dengan dimensi-dimensi pikiran dari pada dengan dimensi perasaan. Konselor membantu klien memahami perasaannya bahwa perasaan tidak di sebabkan oleh berbagai peristiwa, orang lain, atau masa lalu. Melainkan oleh pikiran yang di kembangkan oleh orang tersebut di seputar situasinya.

Erford (2016) menjabarkan bahwa rasional emotif behavior sebagai upaya untuk mencakup pikiran, perasaan dan perilaku individu. Dalam rational emotif behavior konsep utamanya adalah kognisi seseorang sebagai sumber berbagai masalah psikologis. Ketika individu beremosi maka individu juga berpikir dan beremosi. Ketika berpikir, maka individu beremosi dan bertindak. Sedangkan menurut Michael Neenan (Palmer, 2010) bahwa REBT adalah sistem psikoterapi yang mengajarkan individu mengenai sistem keyakinan menentukan perasaan dan perilaku pada berbagai peristiwa dalam kehidupan.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa REBT merupakan intervensi yang didasarkan pada cognitive behavior yang berfungsi memperbaiki keyakinan klien dalam berfikir sehingga perasaan dan perilaku dapat berfungsi lebih adaptif.

Tujuan Konseling REBT dan Peran Konselor

Menurut Dryden dan David (Erford, 2016) mengemukakan bahwa penangan dengan menggunakan REBT untuk membantu klien memperjuangkan unconditional self-acceptance, unconditional other-acceptance, dan unconditonal life-acceptance. Adapun menurut Erford (2016) bahwa tujuan dari REBT yakni: (1) membantu klien mencapai insight tentang self-talk-nya sendiri (2) membantu klien mengakses pikiran, perasaan, dan perilakunya; dan (3) melatih klien tentang prinsip-prinsip REBT sehingga akan dapat berfungsi secara lebih efektif di masa mendatang tanpa bantuan konselor profesional.

Sementara itu, Corey (2013)  menjabarkan fungsi dari teknik REB adalah membantu klien untuk membebaskan  diri dari gagasan-gagasan yang tidak logis dan untuk belajar gagasan-gagasan logis sebagai penggantinya. Upaya untuk mencapai tujuan tersebut melalui empat langkah, yaitu;

  1. Menunjukkan kepada klien bahwa masalah yang di hadapinya berkaitan dengan keyakinan irasionalnya. Menunjukkan bagaimana klien mengembangkan niali-nilai dan sikap-sikapnya dan menunjukkan secara kognitif. Lebih lanjut, klien telah memasukkan banyak “keharusan”, “sebaiknya”, dan “semestinya”. Keyakinan kaku seperti demikian disebut irasional dan merugikan diri sendiri krena dipandang tidak logis dan tidak realistis. Keyakinan demikian menghambat upaya klien untuk mencapai tujuan untuk berubah, dan menghasilkan gangguan emosional yang besar. Gangguan tersebut menghalagi klien untuk berkembang dan mengimplementasikan keterampilan pemecahan masalah.
  2. Membawa klien ke tahap kesadaran bahwa sedang mempertahankan gangguan emosional untuk tetap aktif dan terus menerus berfikir secara tidak logis. Lebih lanjut, mengulang kalimat yang mengalahkan diri serta yang mengekalkan pengaruh masa lalu.
  3. Memperbaiki pikiran dan meninggalkan gagasan irasional dengan bantuan terapis dalam mengalahkan diri dalam perihal yang tidak realistis.
  4. Menantang klien untuk mengembangkan pemikiran hidup yang rasional sehingga menjadi proteksi dari keyakinan irasional.

Sebagai kesimpulan bahwa tujuan REBT adalah klien mampu mengganti pikiran irasional menjadi rasional dengan bantuan konselor melalui memperlihatkan kepada klien bentuk-bentuk irasionalnya yang menghambat klien dalam menyelesaikan masalah.

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *