Pengelolaan Emosi pada Remaja – Azmi (2015) menjelaskan tugas remaja dalam memenuhi aspek perkembangan remaja ditemukan terdapat banyak permasalahan emosional remaja berupa gejala-gejala tekanan perasaan, frustasi atau konflik internal maupun konflik eksternal pada diri individu. Konflik-konflik internal maupun eksternal ini telah ditemukan dan melanda remaja yang masih dalam proses perkembangannya.
Masa Remaja
Herlina (2013) menyebutkan bahwa setelah memasuki masa remaja, individu memiliki kemampuan untuk mengelola emosinya. Ia telah mengembangkan kosa kata yang banyak sehingga dapat mendiskusikan, dan kemudian mempengaruhi keadaan emosional dirinya maupun orang lain. Faktor lain yang ikut berperan secara signifikan dalam pengaturan emosi yang dilakukan remaja adalah meningkatnya sensitivitas remaja terhadap evaluasi yang diberikan orang lain terhadap mereka, suatu sensitivitas yang dapat memunculkan kesadaran diri. David Elkind (Zeman, 2001) menjelaskan remaja menunjukkan seolah-olah mereka berasa di hadapan audience imajiner yang mencatat dan mengevaluasi setiap tindakan yang mereka lakukan. Dengan demikian, remaja menjadi sangat sadar akan dampak dari ekspresi emosional mereka terhadap interaksi sosial.
Pengelolaan Emosi pada Remaja
Perkembangan bagaimana individu mengelola emosi, sangat didasari oleh aspek-aspek bagaimana individu tersebut mampu menahan ataupun membendung konsekuensi dari emosi yang diharapkan, kemudian mampu dalam mengelola atau mengantisipasi harapan yang akan datang. Berdasarkan fase perkembangan dalam model internalisasi yang dikelompokkan oleh Holodynski (2005), remaja masuk pada fase ke empat. Pada fase ini tugas pengelolaan emosi tidak hanya mengatur aksi dan emosi melainkan juga mengembangkan kemampuan untuk mengontrol diri. Lebih lanjut Santrock (2007) memaparkan bahwa kemampuan kontrol emosi merupakan aspek penting dalam perkembangan emosi remaja. Kemampuan individu dalam mengelola emosi berhubungan dengan berbagai keberhasilan ataupun kegagalan dalam banyak aspek seperti halnya akademik.
Fase Perkembangan Emosi pada Remaja
Pada fase ini, pengelolaan emosi sangat erat kaitannya dengan bagaimana individu mengahadapi suatu hal yang menekan. Pada saat kondisi stressfull, kondisi pengelolaan emosi individi sangat terpengaruh, yang kemudian hal ini yang membedakan tingkat kerentaan remaja dalam menghadapi stres. Menurut Holodynski (2005) ketika remaja menghadapi situasi stress maka menimbulkan amarah pada remaja. Dimana, ada lima pilihan yang dapat dipilih oleh remaja untuk menanggulanginya. Yakni:
- Suppression, dipilih karena adanya takut diisolasikan oleh figure yang memiliki otoritas untuk meredam emosi yang dirasakan.
- Open aggression, ini merupakan bentuk pengekspresian dari emosi seperti halnya kritik, sarkasme, bertengkar, berdebat, agressif, hingga dapat melakukan tindakan kriminal. Pilihan-pilihan ini merupakan sebagai bentuk dari kepuasan diri yang dilakukan tanpa memikirkan oranglain.
- Passive aggression, dimana individu melakukan sabotase karena merasa marah. Namun, terlalu berbahaya jika diketahui oleh oranglain. Hal ini terjadi karena individu memiliki control
- Assertive, pilihan ini mampu membantu individu untuk menghubungkan antarindividu, karena terdapat proses diskusi antar individu mengenai hal yang tidak menyenangkan dan diselesaikan bersama. Hal ini merupakan tanda dari kedewasaan dan stabilitas.
- Droping anger, remaja menyadari akan batasan diri dan menerima kekurangan sehingga dapat mengontrol situasi.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pada fase remaja, perkembangan pengelolaan emosi bukan hanya sekedar mengatur aksi dan emosi, tetapi juga bagaimana cara mengontrol diri pada saat emosi. Mulai mampu menampilkan pilihan respon pada saat mengalami stres.