Kemandirian berperan penting terhadap penyesuaian diri dan resiliensi akademik mahasiswa baru. Artikel tentang Resiliensi Akademik sudah kami bahas pada postingan sebelumnya. Klik untum membaca artikel Resiliensi Akademik.
Mahasiswa baru merupakan seorang individu yang baru saja lulus dari tingkat pendidikan sebelumnya yaitu Sekolah Menengah Atas (SMA) / Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan melanjutkan pendidikan lebih tinggi ke perguruan tinggi. Saat menjadi mahasiswa baru, mahasiswa tersebut akan mengalami banyak perubahan-perubahan yang terjadi akibat bergantinya lingkungan pendidikan, lingkungan tempat tinggal, lingkungan sosial, waktu dan lainnya. Sehingga, Individu tersebut harus mampu menyesuaikan keadaan dan lingkungan yang terjadi. Misalnya individu tersebut harus tinggal jauh dari orang tua, berinteraksi dengan orang baru yang memiliki watak dan karakter beragam.
Faktor_Faktor Penyesuaian Diri
Menurut Schneiders (1964) faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri adalah :
1. Keadaan fisik
Kondisi fisik individu merupakan faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri, sebab keadaan sistem-sistem tubuh yang baik merupakan syarat bagi terciptanya penyesuaian diri yang baik. Adanya cacat fisik dan penyakit kronis akan melatarbelakangi adanya hambatan pada individu dalam melaksanakan penyesuaian diri.
2. Perkembangan dan kematangan
Bentuk-bentuk penyesuaian diri individu berbeda pada setiap tahap perkembangan. Sejalan dengan perkembangannya, individu meninggalkan tingkah laku infantil dalam merespon lingkungan. Hal tersebut bukan karena proses pembelajaran semata, melainkan karena individu menjadi lebih matang. Kematangan individu dalam segi intelektual, sosial, moral, dan emosi mempengaruhi bagaimana individu melakukan penyesuaian diri.
3. Keadaan psikologis
Mental yang sehat merupakan syarat bagi tercapainya penyesuaian diri yang baik, sehingga dapat dikatakan bahwa adanya frustrasi, kecemasan dan cacat mental akan dapat melatarbelakangi adanya hambatan dalam penyesuaian diri. Keadaan mental yang baik akan mendorong individu untuk memberikan respon yang selaras dengan dorongan internal maupun tuntutan lingkungannya.
4. Keadaan lingkungan
Keadaan lingkungan yang baik, damai, tentram, aman, penuh penerimaan dan pengertian, serta mampu memberikan perlindungan kepada anggota-anggotanya merupakan lingkungan yang akan memperlancar proses penyesuaian diri. Sebaliknya apabila individu tinggal di lingkungan yang tidak tentram, tidak damai, dan tidak aman,
5. Tingkat religiusitas dan kebudayaan
Religiusitas dapat menciptakan suasana psikologis yang membantu mengurangi konflik, frustrasi, dan ketegangan psikis lainnya. Religiusitas memberi nilai dan keyakinan sehingga memiliki arti, tujuan, dan stabilitas yang diperlukan untuk menghadapi tuntutan dan perubahan (Schneiders, 1964).
Kemandirian
Selain kemampuan penyesuaian diri, mahasiswa juga membutuhkan kemampuan untuk mandiri sesuai dengan tugas perkembangannya. Kemandirian termasuk kedalam faktor perkembangan dan kematangan. Perkembangan dan kematangan adalah salah satu faktor dari penyesuaian diri.
Mahasiswa baru yang mempunyai kemandirian dalam segi emosi akan mampu berdiri sendiri dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan terutama perubahan tanpa adanya kehadiran dan peran dari orangtua. Mahasiswa baru tersebut juga harus bisa melepaskan ketergantungan dari orangtua yang selama ini selalu memenuhi kebutuhannya bahkan mampu untuk tidak bergantung terhadap dukungan emosional dari orangtua untuk dirinya.
Penjelasan di atas sesuai dengan pendapat Steinberg (Aspin, 2007) yang mengatakan remaja yang mandiri secara emosional mempunyai indikator-indikator dalam beberapa hal yaitu, mahasiswa baru yang mandiri tidak serta merta lari kepada orangtua ketika mereka dirundung kesedihan, kekecewaan, kekhawatiran atau membutuhkan bantuan. Mahasiswa juga tidak lagi memandang orang tua sebagai orang yang mengetahui segala-galanya atau menguasai segala-galanya.
Mahasiswa baru yang memiliki kemandirian dalam hal berperilaku mampu mengambil keputusan sendiri terkait dengan hal-hal yang akan mereka jalani. Misalnya seperti mampu memilih organisasi yang akan dijalani di kampus dengan keputusan yang dipikirkan dengan matang dan kepercayaan diri yang penuh sehingga tidak ada kekecewaan yang akan terjadi pada keputusan tersebut dan akan menjalankan keputusan tersebut sesuai dengan kehendaknya tanpa terpengaruh dari pihak lain.
Uraian di atas sejalan dengan pendapat Havighurst (1992) yang mengatakan ada tiga bentuk kemandirian, salah satunya adalah sosial. Maksudnya di sini adalah kemampuan subjek untuk berinteraksi dengan orang lain secara mandiri dan tidak tergantung pada tindakan orang lain. Individu mampu secara aktif untuk berinteraksi dengan lingkungan sosialnya.
Pentingnya Kemandirian Terhadap Penyesuaian Diri
Dengan demikian, mandiri atau tidaknya mahasiswa baru tersebut dapat mempengaruhi caranya dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada di sekitarnya sehingga mahasiswa tersebut dapat memenuhi tuntutan-tuntutan dari lingkungan sekitarnya. Penelitian yang dilakukan pada mahasiswa baru di Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta di Fakultas Psikologi Tahun 2015 menyebutkan bahwa adanya hubungan positif yang sangat signifikan antara kemandirian dengan penyesuaian diri pada mahasiswa baru.
Berdasarkan kategorisasi skor variabel penyesuaian diri, tidak ada subjek yang mempunyai penyesuaian diri dengan kategori rendah, kategori sedang 11,1% dan kategori tinggi 88,9%.
Menurut Arif & Indrawati (2014) penyesuaian diri merupakan hal yang penting bagi mahasiswa tahun pertama, bila mahasiswa tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat tinggalnya yang baru, maka akan cenderung mengalami banyak konflik dan fokus yang dihadapi bukan lagi masalah akademik, namun masalah-masalah lain diluar akademiknya.
Berdasarkan kategori variabel kemandirian, tidak ada mahasiswa baru yang mempunyai kemandirian dengan kategori rendah. Kategori tersebut di antaranya sedang sebanyak 34,4% dan kategori tinggi sebanyak 65,6%. Sehingga kita dapat menyimpulkan bahwa subjek dalam penelitian ini mencapai tingkat kemandirian yang tinggi.
Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa faktor kemandirian memberikan dorongan yang positif bagi mahasiswa baru untuk menyesuaikan diri di lingkungan barunya. Semakin mahasiswa mandiri, semakin tinggi kemampuannya untuk menyesuaikan diri dalam belajar, beradaptasi dengan lingkungan, dan menyelesaikan tugasnya dengan baik.
Daftar Pustaka
Schneiders, A. (1964). Personal adjustment and mental health. New York: Rinehart & Winston.
Havighurst, R.J. (1992). Development task and education, 3rd edition. New York: David McKay
Steinberg, L. (1993). Adolescence 3rd. New York: McGraw-Hill.
Arif, K. & Indrawati, E.S. (2014). Hubungan antara adversity intelligence dengan penyesuaian diri pada mahasiswa tahun pertama Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Jurnal Psikologi Empathy. Vol.3, No.2, Hal.218-227.
Steinberg, L. (2002). Adolescence. sixth edition. New York. MCGraw-Hill.