Dalam dunia pendidikan, siswa sering menghadapi tekanan, seperti persaingan ketat, tugas menumpuk, dan harapan tinggi dari orang tua/pihak lain.
Tidak semua siswa memiliki kemampuan alami untuk mengatasi tekanan ini dengan baik. Beberapa mungkin mengalami kecemasan, stres berlebihan, kehilangan motivasi, atau bahkan kegagalan akademik. Resiliensi akademik merupakan kemampuan seseorang untuk bangkit setelah mengalami kegagalan, mengatasi stres, menjaga motivasi, dan fokus pada tujuan akademik mereka. Masalah ketiadaan resiliensi akademik dapat berdampak negatif pada prestasi belajar siswa, kesejahteraan mental, dan perkembangan pribadi mereka.
Definisi Resiliensi Akademik
Reivich dan Shatte (2002) mendefinisikan resiliensi akademik adalah kemampuan mengendalikan diri dari tekanan yang muncul, kemampuan memberikan respon yang tepat. Permasalahan tidak terlepas dari bagaimana kognitif seseorang tersebut berkembang, mampu mengidentifikasi penyebab dari suatu permasalahan maka akan lebih mampu bertahan pada situasi sulit dan mendapatkan jalan keluar dalam mengatasi suatu masalah, memiliki kendali penuh dalam menghadapi permasalahan yang muncul pada dirinya, memiliki ketahanan dalam menghadapi kesulitan dan mampu mencari jalan keluar dari permasalahannya. Pengendalian diri dapat terwujud apabila siswa dapat mengembangkan diri sehingga menemukan jalan keluar agar situasi sulit berubah menjadi menyenangkan.
(Hendriani, 2018; Martin dan Marsh (Poerwanto & Prihastini, 2017); Boatman, (2014) menjelaskan bahwa resiliensi akademik atau resiliensi dalam pembelajaran adalah proses dinamis yang menjelaskan kekuatan dan ketangguhan seseorang untuk dapat bangkit dengan menggunakan kemampuan secara efektif baik dari kekuatan internal maupun dari eksternal. Kemampuan ini yang akan berkembang dan mampu mengatasi pengalaman emosional negatif, stres dan distres saat menghadapi situasi sulit yang menekan dalam aktivitas belajar sehingga akan mampu beradaptasi dengan baik dan dapat melaksanakan tuntutan akademik dengan optimal. Dengan demikian, situasi sulit saat pembelajaran jarak jauh dapat menimbulkan penurunan pada emosi dan mengakibatkan proses belajar menjadi tidak optimal. Siswa dapat mengoptimalkan dan menyeimbangkan diri mereka dengan situasi sulit untuk mengatasi permasalahan akademik yang terjadi.
Lebih lanjut..
Cassidy (2015) menjelaskan bahwa resiliensi akademik dianggap sebagai kekuatan atau aset, kualitas, karakteristik yang diinginkan dan cenderung berdampak positif pada aspek kinerja, pencapaian, kesehatan dan kesejahteraan individu. Berdasarkan pendapat ini, kita dapat menyimpulkan bahwa proses belajar dapat berjalan dengan baik apabila memiliki kemampuan mengatasi masalah yang terjadi. Kemampuan tersebut berupa ketangguhan untuk menghadapi suatu keadaan di luar kehendak dan mampu bangkit dengan mengandalkan kemampuan diri
Aspek Resiliensi Akademik
Cassidy (2015) membagi resiliensi akademik ke dalam tiga aspek, yakni perseverance, reflecting and adaptive help seeking, negative affect and emotional response. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut: (a) Perseverance merupakan faktor yang menampilkan kerja keras dan berusaha untuk mencoba, pantang menyerah, berpedoman pada rencana dan tujuan, menerima dan memanfaatkan feedback, pemecahan masalah yang imajinatif dan mengatasi kesulitan dengan menganggap sebagai peluang untuk menghadapi tantangan; (b) Reflecting and adapting help seeking merupakan faktor yang menampilkan tema termasuk merefleksikan kekuatan dan kelemahan, mengubah pendekatan untuk belajar, mencari bantuan, dukungan dan dorongan, pemantauan upaya dan pencapaian serta pemberian rewards (hadiah) dan punishment (hukuman); dan (c) Negative affect and emotional response merupakan gambaran kecemasan, emosi negatif, optimisme-pesimisme, dan penerimaan yang negatif yang dimiliki oleh individu selama hidup.
Mendorong Potensi Resiliensi Akademik Siswa
Dengan demikian, siswa membutuhkan tiga aspek untuk mencapai resiliensi akademik. Siswa memiliki ketekunan untuk mencapai sesuatu seperti, pantang menyerah, teguh, menerima dan memanfaatkan masukan, serta mengatasi kesulitan dengan kreatif. Kedua, siswa mampu merefleksikan diri dan mencari bantuan secara adaptif. Siswa membutuhkan dukungan, dorongan, dan bantuan dari pihak luar untuk memperoleh semangat dalam menyelesaikan masalah. Ketiga, siswa memerlukan kemampuan dalam afek negatif dan respon emosional. Siswa dapat menghadapi situasi sulit namun tetap dapat mengelola emosi secara positif dan akan menghasilkan perilaku yang baik.
3 thoughts on “Resiliensi Akademik pada Siswa: Meningkatkan Potensi Diri”