Intellectual Disabilities (ID) – Menurut DSM V (2013) bahwa intellectual disabilities atau intellectual developmental disorder adalah gangguan yang tejadi selama periode perkembangan yang mencakup defisit fungsi intelektual dan adaptif dalam konseptual, sosial, dan praktikal pada umumnya. Selanjutnya menurut AAIDD (Hallahan, Kauffman & Pullen, 2012) bahwa intellectual disabilities adalah keterbatasan yang signifikan baik dalam fungsi intelektual dan perilaku adaptif seperti yang diungkapkan dalam konseptual, sosial, dan keterampilan adaptif. Keterbatasan tersebut terjadi sebelum usia 18 tahun.
Pengertian
Adapun pengertian intellectual disabilities menurut IDEA (Heward, 2013) bahwa kemampuan fungsi intelektual di bawah rata-rata disertai dengan defisit dalam perilaku adaptif dan terjadi selama periode perkembangan yang memiliki pengaruh negatif pada performa pendidikan anak.
Definisi tersebut dijabarkan secara spesifik dalam tiga kriteria. Pertama, fungsi intelektual secara signifikan dibawah rata-rata dengan skor 2 standar deviasi di bawah rata-rata berdasarkan tes inteligensi (skor sekitar 70 atau kurang). Kedua, individu memiliki kesulitan yang signifikan dengan aktivitas sehari-hari (perilaku adaptif). Ketiga, defisit dalam fungsi intelektual dan perilaku adaptif harus terjadi selama periode perkembangan untuk membedakan intellectual disability dengan ketidakmampuan yang lainnya (misalnya, gangguan kinerja intelektual karena cedera otak disebabkan adanya traumatis).
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa intellectual disabilities adalah gangguan fungsi intelektual dan fungsi adaptif seseorang yang terjadi pada masa perkembangan sebelum usia 18 tahun. Gangguan fungsi intelektual ditandai dengan inteligensi di bawah rata-rata dengan skor 70 atau dbawahnya. Sedangkan fungsi adapatif meliputi kemampuan dalam konseptual, interkasi sosial dan aktivitas sehari-hari.
Klasifikasi
Heward (2013) mengemukakan bahwa diagnosis ID diklasifikasikan berdasarkan tingkat kapasitas intelektual yang dimiliki dengan skor IQ. Selanjutnya, DSM V (2013) mengklasifikasikan empat tingkatan ID dasarkan dengan domain kenseptual, sosial dan praktikal, yaitu:
- Mild (ringan) dengan skor IQ 50-55 hingga sekitar 70. ID dengan tipe ringan umumnya diketahui saat usia sekolah karena mengalami kesulitan dalam keterampilan akademik yang mempengaruhi kemampuan membaca, berhitung, pengenalan waktu, dan perhitungan uang.
- Moderat (menengah) dengan skor IQ 35-40 hingga 50-55. ID dengan tipe menengah umumnya memiliki memiliki kemajuan dalam membaca, menulis, kemampuan berhitung, memahami waktu dan uang meskipun tergolong lambat dibandingkan dengan teman seusianya.
- Severe (parah) dengan skor IQ 20-25 hingga 35-40. ID dengan tipe parah umumnya memiliki sedikit kemampuan dalam konsep bahasa, menulis, konsep yang melibatkan angka, waktu dan uang serta membutuhkan dukungan dalam memecahkan masalah sepanjang hidupnya.
- Profound dengan skor IQ di bawah 20-25. ID tipe ini dimana keterampilan konseptual melibatkan kondisi fisik dibandingkan dengan proses simbolis.
Berdasarkan uraian sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa intellectual disabilities terbagi atas empat tingkatan, yaitu mild, moderat, severe dan profound dengan karakteristik masing-masing.
Faktor yang Menyebabkan Intellectual Disabilities
Menurut AAIDD (Heward, 2013) bahwa intellectual disabilities secara umum disebabkan karena dua hal, yaitu biomedis dan lingkungan. Hal demikian dijelaskan sebagai berikut.
Penyebab biomedis meliputi tiga fase yaitu prenatal, perinatal, dan postnatal.
- Prenatal ditandai dengan adanya gangguan kromosom, sindrom, gangguan metabolisme, usia ibu, kelainan gen tunggal, cerebral disgenesis
- Perinatal ditandai dengan kelahiran prematur, kecelakaan kelahiran, dan gangguan saat kelahiran. Selain itu, kurangnya akses saat kelahiran, kurangnya perawatan oleh orang tua dan pengetahuan orang tua yang minim mengenai pelayanan medis.
- Postnatal ditandai dengan adanya trauma yang disebabkan kerusakan otak, kurang gizi, meninghitis, kejang-kejang, dan gangguan degeneratif.
Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa faktor yang menyebabkan klien mengalami intellectual disabilities adalah karena kemiskinan, pendidikan orangtua yang hanya tamatan SD, deprivasi sosial, diagnosis yang terlambat. Sehingga penanganan dari keluarga dan sekolah juga kurang memadai serta belum ada dukungan baik dari keluarga maupun guru.
Karakteristik Intellectual Disabilities
DSM V (2013) mengemukakan tiga karakteristik yang terpenuhi dalam menentukan diagnosis intellectual disabilities, yaitu:
- Defisit dalam fungsi intelektual, seperti penalaran, pemecahan masalah, perencanaan, berpikir abstrak, penilaian, belajar akademik, dan belajar dari pengalaman, sesuai dengan penilaian klinis serta tes inteligensi.
- Defisit fungsi adaptif yang mengakibatkan kegagalan untuk memenuhi standar budaya perkembangan dan sosial dalam kebebasan pribadi serta tanggung jawab sosial.
- Gejala pada defisit intelektual dan adaptif terjadi selama periode perkembangan.
Adapun Heward (2013) menjelaskan karakteristik ID secara umum terbagi atas dua bagian, yaitu:
Fungsi kognitif. Defisit pada fungsi dan pembelajaran kognitif meliputi karakteristik individu dengan ID termasuk karena rendahnya ingatan, kemampuan belajar di bawah rata-rata, masalah atensi, kesulitan dalam menggeneralisasi pada apa yang telah dipelajari dan kurangnya motivasi. Hal demikian dijelaskan sebagai berikut;
- Siswa dengan intellectual disabilities kesulitan dalam mengingat dan menggunakan informasi. Kerja ingatan yang rendah menjadikan anak sulit dalam mengingat informasi seperti mengingat urutan tugas-tugas tertentu dalam beberapa menit sebelumnya.
- Kemampuan belajar di bawah rata-rata. Kemampuan belajar anak intellectual disabilities jauh dibawah anak-anak seusianya.
- Atensi atau perhatian yang dimiliki oleh anak intellectual disabilities mudah terganggu disebabkan kesulitan siswa dalam memperoleh, mengingat informasi, dan kemampuan menggeneralisasi pengetahuan dan keterampilan baru.
- Kesulitan dalam menggeneralisasi. Anak intellectual disabilities memiliki masalah dalam menggunakan pengetahuan dan keterampilan baru di tempat yang berbeda dari tempat hal tersebut dipelajari.
- Kurangnya motivasi. Anak intellectual disabilities menunjukkan minat yang kurang dalam belajar dan tugas-tugas pemecahan masalah. Anak intellectual disabilities memiliki ketidakberdayaan dalam belajar, kegagalan dalam menggambarkan harapan yang didasarkan pada pengalaman kegagalan secara berulang.
Perilaku adaptif. Individu dengan ID memiliki defisit yang cukup besar dalam perilaku adaptif. Keterbatasan tersebut terdapat banyak bentuk dan cenderung terjadi di seluruh fungsi domain.