Gaya Belajar Peserta Didik : Diverger, Assimilator, Converger, and Accommodator

KAJIAN PUSTAKA
Gaya Belajar Peserta Didik Diverger, Assimilator, Converger, and Accommodator

Gaya Belajar Peserta Didik adalah cara mereka paling efektif dalam memperoleh dan memproses informasi. Setiap individu memiliki preferensi dan kecenderungan belajar yang berbeda. Umumnya gaya belajar terdiri dari 3 jenis yaitu, Visual, Auditori, dan Kinestetik. Pada artikel kali ini tim alphabheta telah membuat pembahasan lengkap yang bisa sahabat alpha simak berikut ini.

Pengantar Gaya Belajar Peserta Didik

Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah menyebutkan bahwa proses pembelajaran di sekolah harus fleksibel, bervariasi, dan memenuhi standar. Hal ini mengingat keragaman budaya, latar belakang dan karakteristik peserta didik. Sehingga di tuntut untuk menghasilkan lulusan yang bermutu. Dengan demikian, beragamnya karakteristik peserta didik, maka di perlukan gaya belajar yang beragam pula sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pada peserta didik agar pembelajaran dapat dilakukan dengan maksimal. Harapannya peserta didik dapat interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang dan memotivasi peserta didik untuk dapat aktif di kelas serta guru dapat memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Lenih lanjut, menurut Melinda dan Wisudawati (2018) keberhasilan proses belajar mengajar tidak bisa lepas dari gaya belajar peserta didik dimana gaya belajar merupakan cara memproses informasi yang diperoleh. Salah satu teori yang terkenal terkait gaya belajar adalah pendapat dari David Kolb yang dikenal dengan gaya belajar model Kolb.

Melinda dan Wisudawati (2018) menambahkan gaya belajar model Kolb digunakan oleh seseorang dalam menerima informasi dari lingkungannya dan memproses informasi, karena gaya belajar model ini lebih menekankan pola-pola perilaku atau sikap seseorang dalam menerima dan memproses informasi dari lingkungan.

Klasifikasi Gaya Belajar

Kolb dan Kolb (2005) mengklasifikasikan gaya belajar peserta didik/siswa ke dalam empat siklus belajar, yaitu:

  1. Pengalaman konkrit (Concrete Experience)
  2. Pengalaman reflektif (Reflective Observation)
  3. Konseptualisasi abstrak (Abstract Conceptualisation)
  4. Eksperimentasi aktif (Active Experimentation)

McLeod (2017) menyebutkan pembelajaran yang efektif akan dapat di lihat ketika seseorang dapat berkembang melalui empat siklus. Yaitu siklus pertama adalah experience, kedua, pengamatan dan refleksi atas pengalaman itu yang mengarah pada siklus ke tiga, yaitu pembentukan konsep abstrak dan generalisasi. Serta kemudian siklus keempat di gunakan untuk menguji hipotesis dalam situasi masa depan, menghasilkan pengalaman baru.

Oleh sebab itu, guru sebagai pendidik dapat memperhatikan empat tahap model ini untuk mencapai pembelajaran yang efektif agar tidak ada satu tahap dalam siklus ini terlewatkan oleh peserta didik.

Tipe Gaya Belajar Peserta Didik

Kolb dan Kolb (2005) menjelaskan ada 4 gaya belajar peserta didik, yaitu:

  1. Diverger

Tipe ini perpaduan antara Concrete Experience (CE) dan Reflective Observation (RO), atau dengan kata lain kombinasi dari perasaan (feeling) dan pengamatan (watching). Peserta didik dengan tipe diverger memiliki keunggulan dalam kemampuan imajinasi dan melihat situasi kongkret dari banyak sudut pandang yang berbeda, kemudian menghubungkannya menjadi sesuatu yang bulat dan utuh. Pendekatannya pada setiap situasi adalah “mengamati” dan bukan “bertindak”.

  1. Assimilator

Tipe kedua ini perpaduan antara Abstract Conceptualization (AC)  dan  Reflective Observation (RO) atau dengan kata lain kombinasi dari pemikiran  (thinking) dan pengamatan (watching). Peserta didik dengan tipe Assimilator memiliki keunggulan dalam memahami dan merespons berbagai sajian informasi. Serta mengorganisasikan merangkumkannya dalam suatu format yang logis, singkat, dan jelas. Biasanya peserta didik tipe ini cenderung lebih teoritis, menyukai bekerja dengan ide serta konsep yang abstrak, daripada bekerja dengan orang. Mata pelajaran yang di minatinya adalah bidang Sains dan Matematika.

  1. Converger

Tipe ini  perpaduan antara Abstract Conceptualization (AC)  dan  Reflective Observation (RO) atau dengan kata lain kombinasi dari berfikir (thinking) dan berbuat (doing). Peserta didik mampu merespons terhadap berbagai peluang  dan mampu bekerja  secara aktif dalam setiap tugas yang terdefinisikan secara baik. Peserta didik  gemar  belajar bila menghadapi soal dengan jawaban yang pasti, dan  segera berusaha mencari jawaban yang tepat.  Dia mau belajar secara trial and error hanya dalam lingkungan yang dianggapnya relatif aman dari kegagalan.

  1. Accomodator

Tipe ini perpaduan antara Concrete Experience (CE) dan Active Experimentation (AE) atau dengan kata lain kombinasi antara merasakan (feeling) dengan berbuat (doing). Peserta didik tipe ini senang mengaplikasikan materi pelajaran dalam berbagai situasi baru untuk memecahkan berbagai masalah nyata yang di hadapinya. Kelebihan peserta didik tipe ini memiliki kemampuan belajar yang baik dari hasil pengalaman nyata yang di lakukannya sendiri. Mereka suka membuat rencana dan melibatkan dalam berbagai pengalaman baru yang menantang.

Kesimpulan

Dengan beragamnya gaya belajar maka di perlukan peran dan fungsi guru untuk menghadapi berbagai tipe dalam belajar di kelas. Tidak hanya mengajarkan materi tetapi juga dapat menyediakan praktik terbimbimbing. Lebih lanjut, memberikan umpan balik yang tepat serta mampu memotivasi peserta didik agar lebih giat dalam belajar.

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *