Api Unggun di Era Pandemi

KAJIAN PUSTAKA

Api unggun adalah suatu tradisi atau kegiatan di mana kelompok orang berkumpul di sekitar api yang menyala di tempat terbuka, seperti hutan atau pantai, dengan tujuan untuk menciptakan suasana hangat dan mengikat ikatan sosial antar anggota kelompok. Api unggun sering digunakan sebagai sarana hiburan dan rekreasi, tempat untuk berbagi cerita, bernyanyi, atau bermain musik. Selain itu, api unggun juga memiliki makna simbolis sebagai representasi persatuan, semangat kebersamaan, dan memupuk rasa solidaritas dalam komunitas.

Pengantar Api Unggun di Era Pandemi

Pendidikan memainkan peran penting dalam kehidupan individu. Melalui pendidikan, seseorang dapat meningkatkan kecerdasan, mengembangkan keterampilan, mengasah diri, membentuk kepribadian yang positif, bertanggung jawab, dan kreatif. Semua ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, yaitu untuk menggali potensi peserta didik agar menjadi individu yang beriman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Salah satu cara untuk mengaktualisasikan potensi peserta didik adalah melalui kegiatan ekstrakurikuler. Menurut Uzer dan Lilis (Inriyani et. al, 2016:3), ekstrakurikuler adalah kegiatan di luar jam pelajaran, baik di dalam maupun di luar sekolah. Di antara berbagai kegiatan ekstrakurikuler, kegiatan pramuka memiliki dampak yang sangat besar dalam menciptakan, mengembangkan, dan membentuk kepribadian peserta didik.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka menegaskan bahwa pendidikan kepramukaan adalah bentuk pendidikan non formal yang mengajarkan nilai-nilai kepramukaan dengan metode kepramukaan. Nilai-nilai kepramukaan yang dimaksud di sini adalah Satya (ketaatan) dan Darma (pengabdian). Sementara itu, metode kepramukaan adalah pendekatan belajar interaktif yang dilakukan di alam terbuka dengan bimbingan orang dewasa.

Belajar dari (di) Rumah: “solusi atau kepanikan?”

Namun, saat ini dunia tengah menghadapi pandemi wabah virus corona. Covid-19 telah membatasi semua kegiatan pembelajaran, dan siswa di wajibkan untuk belajar dari rumah. Dalam menghadapi penyebaran virus corona, institusi pendidikan menjadi salah satu sektor yang merespons dengan cepat. Sekolah-sekolah dengan banyak murid memiliki peran penting dalam proses penyebaran Covid-19.

Semua kegiatan, termasuk kepramukaan, kini di lakukan dari rumah melalui pembelajaran dalam jaringan (daring). Proses belajar-mengajar menjadi terhambat karena distribusi pengetahuan di rasa kurang optimal dan memadai. Istilah “merdeka belajar” tampak menjadi semakin kompleks dalam konteks belajar dari rumah. Fenomena yang terlihat adalah bahwa proses belajar menjadi kurang terkontrol. Bagi pelajar tingkat SD-SMA/SMK, belajar dari rumah sering kali dianggap sebagai masa liburan. Meskipun di harapkan tetap produktif dalam belajar selama berada di rumah selama pandemi, namun terkadang orang justru merasa “bebas” dan kurang terikat dalam proses belajar.

Sistem pembelajaran daring di tengah pandemi bisa di anggap sebagai solusi dan sekaligus menjadi sumber kepanikan. Hal ini karena jika instansi pendidikan, seperti sekolah, telah memberikan persiapan dan pelatihan dalam berbagai fasilitas “e-learning,” maka pembelajaran daring dapat menjadi solusi yang baik. Pentingnya pemantapan fasilitas dan keterampilan para pengajar menjadi faktor kunci dalam pembelajaran daring yang efektif. Namun, di sisi lain, jika terjadi kebingungan, baik karena fasilitas maupun keterampilan minim dari para pengajar atau faktor lainnya, maka sistem pembelajaran daring dianggap sebagai sumber kepanikan. Keluhan dari peserta didik tentang kualitas Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) semakin banyak terdengar. Banyak pengajar yang merasa kebingungan karena harus dengan cepat mempelajari berbagai sarana pembelajaran daring, sementara kendala sinyal dan kuota juga menjadi masalah yang perlu di pecahkan.

Metode Kepramukaan di SMK Negeri 1 Wonosari

Kegiatan kepramukaan di SMK Negeri 1 Wonosari pada tahun pelajaran 2021/2022 telah di adakan secara daring. Metode penyampaian kegiatan ini menggunakan media Zoom, video streaming melalui YouTube, dan di kombinasikan dengan google classroom. Kegiatan dimulai dengan pertemuan para pembina yang membahas Program Kepelatihan atau Program Kerja Kepramukaan Gugus Depan SMKN 1 Wonosari selama masa pandemi. Mereka membagi peserta didik menjadi kelompok (sangga) dan membagi pembina untuk mendampingi dan mengawasi kegiatan di setiap kelompok.

Seluruh tahap perencanaan telah di lakukan secara matang oleh para pembina. Mereka telah menyiapkan materi, peralatan praktik kepramukaan, memperkuat akses jaringan, dan meningkatkan kapasitas penggunaan Zoom. Selain itu, pembina telah terampil dalam menggunakan google classroom sebagai wadah penugasan terstruktur. Beberapa kegiatan yang telah dilaksanakan antara lain adalah sebagai berikut.

Para pembina pramuka di SMKN 1 Wonosari di dorong untuk berinovasi dan kreatif dalam menyelenggarakan pembelajaran jarak jauh (PJJ) kepramukaan. Mereka di tuntut untuk memberikan variasi aktivitas yang menarik bagi peserta didik di rumah. Pada kelompok Penegak, peran pembina lebih sebagai fasilitator, motivator, dan konselor. Aplikasi pertemuan daring dan video streaming memudahkan pelaksanaan kegiatan ini. Setelah latihan, peserta didik di minta untuk mengunggah foto-foto keseruan mereka saat mengikuti kegiatan sebagai bukti kehadiran dan partisipasi.

Penutup Api Unggun di Era Pandemi

Pramuka merupakan bentuk pendidikan yang di sampaikan melalui kegiatan yang menyenangkan bagi anak dan pemuda, dengan tanggung jawab orang dewasa. Proses pendidikan dalam kepramukaan di rancang untuk menjadi menarik dan berbeda dengan proses pendidikan di dalam kelas.

Penting untuk di ingat bahwa kepramukaan bukanlah suatu ilmu yang harus di pelajari dengan tekun, juga bukan sekadar kumpulan ajaran dan buku-buku teks. Sebaliknya, kepramukaan adalah suatu permainan yang mengasyikkan di alam terbuka, di mana orang dewasa dan anak-anak berpetualang bersama, memperkuat kesehatan, keterampilan, dan kesiapan untuk membantu sesama.

Sebagai pembina, masa pandemi wabah covid-19 ini menjadi kesempatan bagi kita untuk menunjukkan jati diri. Kita tidak boleh pasrah atau hanya mengeluh dalam menghadapi pandemi ini. Sebaliknya, tindakan-tindakan kreatif dari kita dapat di aplikasikan dalam kehidupan nyata melalui kepramukaan. Di dalamnya terdapat nilai-nilai gotong-royong, peduli terhadap sesama, serta perilaku hidup sehat dan bersih. Gerakan Pramuka harus hadir di tengah masyarakat untuk membantu memutus mata rantai penyebaran covid-19. Secara konkret, hal ini dapat di lakukan dengan melaksanakan disinfeksi, menerapkan disiplin protokol kesehatan, serta melaksanakan kegiatan-kegiatan berorientasi kemanusiaan.

 

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *